Proteksi Peralatan Elektronika Dengan Menggunakan Relai Tegangan
Abstrak
Salah satu alat proteksi yang sangat dibutuhkan untuk mengamankan peralatan listrik ialah rele tegangan. Rele ini berfungsi untuk memantau tegangan dan akan memberikan sinyal melalui kontakkontak keluarannya, jika tegangan yang dipantau lebih besar dari nilai maksimum atau lebih kecil dari nilai minimum yang diperkenankan. Rele ini umumnya bekerja secara elektronik dan rangkaian yang digunakan sangatlah sederhana, sehingga mudah untuk dipahami. Tulisan ini mencoba membahas suatu rangkaian rele tegangan yang sangat sederhana.
1. Pendahuluan
Salah satu hal yang
harus dihindari pada pengoperasian peralatan listrik ialah
kelebihan tegangan (overvoltage) ataupun
kekurangan tegangan (undervoltage). Kelebihan tegangan
hampir dapat dipastikan akan merusak setiap peralatan listrik.Hal
ini umumnya akan menyebabkan timbulnya panasyang belebihan sehingga dapat
menyebabkan terbakarnya peralatan listriktersebut.Sebaliknya, kekurangan tegangan
belum tentu merusak peralatan listrik. Pada beberapa peralatan listrik seperti
lampu pijar ataupun peralatan lain yang bersifat resistip, kekurangan tegangan tidak
akan membahayakan peralatan tersebut. Tetapi bagi beberapa peralatan
lain seperti motor induksi, kekurangan tegangan dapat menyebabkan
faktor daya (cos-ϕ) yang
terlalu rendah. Hal ini akan menyebabkan
arus peralatan tersebut
terlalu besar, sehingga menimbulkan
panas yang berlebihan
dan pada akhirnya akan merusak peralatan
tersebut. Untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan ini maka suatu panel distribusi
tegangan rendah umumnya dilengkapi dengan
rele tegangan yang
berfungsi untuk memantau tegangan busbar. Jika nilai tegangan ini
keluar dari batas-batas aman maka rele ini akan membuka pemutus
CB utama sehingga catuan daya ke panel tersebut akan diputus. Selain
rele tegangan panel ini juga dilengkapi dengan beberapa peralatan proteksi lain, seperti rele arus lebih (OCR), monitor fasa (RCP) dan lain sebagainya.
Tulisan ini hanya membahas tentang
rele tegangan.
2. Prinsip Kerja Dasar
Rele tegangan
elektronik umumnya mendeteksi besarnya
tegangan melalui trafo tegangan
atau yang lebih dikenal sebagai PT (potensial
transformer). PT berfungsi untuk menurunkan tegangan yang masuk ke rele dan sekaligus
mengisolasi rele dari
tegangan rangkaian yang diukur.
Masukan PT umumnya adalah 110V atau 220V sedangkan keluarannya adalah
tegangan yang berkisar
antara 12V hingga 24V,
tergantung dari rangkaian yang digunakan.Tegangan keluaran PT
ini selanjutnya dibandingkan
dengan dua tegangan acuan, sebut saja VA untuk tegangan acuan atas dan
VB untuk tegangan acuan bawah. Jika tegangan keluaran PT lebih besar dari VA maka rele
keluaran pertama akan
diaktipkan. Sebaliknya jika tegangan
keluaran PT lebih kecil dari VB
maka rele keluaran kedua yang
akan diaktipkanUntuk memudahkan proses perbandingan maka besaran yang dibandingkan adalah tegangan searah. Untuk itu maka tegangan keluaran PT harus terlebih dahulu diubah menjadi tegangan searah. Besarnya tegangan searah yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan dengan tegangan acuan yang dapat diatur.Agar dapat mengabaikan kelebihan atau kekurangan tegangan yang berlangsung sesaat (transient), maka rele tegangan biasanya dilengkapi dengan rangkaian tunda (delay) yang dapat menunda kerja kontak keluaran. Lamanya tundaan waktu dapat diatur, umumnya berkisar
akan diaktipkanUntuk memudahkan proses perbandingan maka besaran yang dibandingkan adalah tegangan searah. Untuk itu maka tegangan keluaran PT harus terlebih dahulu diubah menjadi tegangan searah. Besarnya tegangan searah yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan dengan tegangan acuan yang dapat diatur.Agar dapat mengabaikan kelebihan atau kekurangan tegangan yang berlangsung sesaat (transient), maka rele tegangan biasanya dilengkapi dengan rangkaian tunda (delay) yang dapat menunda kerja kontak keluaran. Lamanya tundaan waktu dapat diatur, umumnya berkisar
antara 0 hingga 10 detik.
3. Rangkaian Rele Tegangan
Seperti
telah disebutkan sebelumnya, rele tegangan lebih ini mendeteksi tegangan melalui suatu PT.
Agar sesuai dengan alat-alat ukur lain yang terpasang pada
panel generator maka tegangan masukan nominal dari rele
tegangan umumnya adalah 110V atau 220V.
Karena rele ini hanya membutuhkan daya
yang kecil maka PT yang digunakan
adalah PT yang berdaya sangat rendah,
umumnya berkisar antara 2 sampai 5VA. Untuk menghemat
biaya pembuatan maka seringkali
PT yang sama digunakan juga
sebagai sumber daya
bagi rangkaian elektronik yang
digunakan. Untuk itu digunakan PT dengan
dua buah belitan sekunderyang terpisah.
Rancangan yang
dibahas menggunakan dua
buah trafo yang
terpisah. Dengan demikian diharapkan
agar tegangan yang
dipantau tidak
dipengaruhi oleh pembebanan dari catudaya rangkaian elektronik.
3.1. Rangkaian masukan
Tegangan
masukan diturunkan sekaligus diisolasi oleh trafo T1 dan disearahkan oleh dioda
D1 dan D2, seperti yang diperlihatkan pada gambar-1.
Gambar 1. Rangkaian masukan
Selanjutnya tegangan ini ditapis oleh
kapasitor C1 untuk
menghilangkan kerut (ripple).
Besarnya tegangan jepit dari C1 adalah :
adalah tegangan sekunder dari trafo T1. Sebelum diteruskan ke rangkaian pembanding, tegangan
ini disesuaikan oleh tahanan R1 dan R2
yang membentuk
rangkaian pembagi tegangan reisitip. Besarnya
tegangan yang diterima pembanding adalah :
3.2. Rangkaian Pembanding Tegangan
Sebagai pembanding
tegangan digunakan opamp
yang mempunyai faktor
penguatan
tegangan loop terbuka (AV) yang mendekati tak terhingga. Oleh karena itu jika tegangan pada
masukan tak-membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada masukan membaliknya maka
keluaran pembanding akan jenuh tinggi dan bernilai mendekati nilai VCC (tegangan catuan).
Sebaliknya jika tegangan pada masukan membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada
masukan tak-membaliknya maka keluaran pembanding akan jenuh rendah sehingga tega-
ngannya mendekati nol. Rangkaian dari pembanding tegangan ini diperlihatkan pada gambar-2.
tegangan loop terbuka (AV) yang mendekati tak terhingga. Oleh karena itu jika tegangan pada
masukan tak-membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada masukan membaliknya maka
keluaran pembanding akan jenuh tinggi dan bernilai mendekati nilai VCC (tegangan catuan).
Sebaliknya jika tegangan pada masukan membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada
masukan tak-membaliknya maka keluaran pembanding akan jenuh rendah sehingga tega-
ngannya mendekati nol. Rangkaian dari pembanding tegangan ini diperlihatkan pada gambar-2.
Penguat A1 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan tak membaliknya
(non-inverting
input) dengan tegangan acuan VA yang dihubungkan ke masukan membaliknya
(inverting
input). Tegangan acuan VA adalah ambang tegangan
maksimum yang
diperkenankan.Tegangan ini diperoleh dari kontak geser (wiper) potensiometer VR1. Jika VS > VA maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga tegangan keluaran A1 akan mendekati tegangan catu, yaitu 12VDC. Sebaliknya jika VS < VA maka keluaran A1 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati nol.
diperkenankan.Tegangan ini diperoleh dari kontak geser (wiper) potensiometer VR1. Jika VS > VA maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga tegangan keluaran A1 akan mendekati tegangan catu, yaitu 12VDC. Sebaliknya jika VS < VA maka keluaran A1 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati nol.
Penguat A2 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan membaliknya
dengan tegangan acuan VB yang dihubungkan ke masukan tak membaliknya. Tegangan acuan
VB adalah ambang tegangan minimum yang diperkenankan. Tegangan ini diperoleh dari
kontak geser potensiometer VR2. Jika VS < VB maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga
tegangan keluaran A2 akan mendekati tegangan catu. Sebaliknya jika VS > VB maka keluaran
A2 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati nol. Oleh karena
itu agar tegangan keluaran dari penguat A1 dan A2 mendekati nol maka besarnya tegangan VS
haruslah :
dengan tegangan acuan VB yang dihubungkan ke masukan tak membaliknya. Tegangan acuan
VB adalah ambang tegangan minimum yang diperkenankan. Tegangan ini diperoleh dari
kontak geser potensiometer VR2. Jika VS < VB maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga
tegangan keluaran A2 akan mendekati tegangan catu. Sebaliknya jika VS > VB maka keluaran
A2 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati nol. Oleh karena
itu agar tegangan keluaran dari penguat A1 dan A2 mendekati nol maka besarnya tegangan VS
haruslah :
VB < VS
< VA
Nilai
tahanan R3, R4,
VR1 dan VR2 ditentukan
sedemikian rupa agar
kisar pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan
dari 220V hingga 240V dan kisar pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan
dari 200V hingga 220V.
3.3. Rangkaian Tunda
Agar dapat mengabaikan kenaikan atau penurunan tegangan
yang berlaku sesaat (transien), maka rele tegangan ini dilengkapi dengan rangkaian
tunda. Untuk itu
maka
keluaran dari rangkaian pembanding selain diteruskan ke rangkaian penggerak rele
keluaran, juga dilewatkan melalui suatu rangkaian tunda, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3
keluaran dari rangkaian pembanding selain diteruskan ke rangkaian penggerak rele
keluaran, juga dilewatkan melalui suatu rangkaian tunda, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3
Tujuan
penggunaan CMOS adalah
untuk mendapatkan
nilai hambatan masukan
yang
mendekati tak terhingga agar tidak membebani kapasitor C2. Lamanya tundaan waktu adalah sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kapasitor C2 agar tegangan jepitnya mencapai tegangan ambang (treshold) logika tinggi dari gerbang N1. Lamanya tundaan waktu dapat dinyatakan sebagai :
mendekati tak terhingga agar tidak membebani kapasitor C2. Lamanya tundaan waktu adalah sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kapasitor C2 agar tegangan jepitnya mencapai tegangan ambang (treshold) logika tinggi dari gerbang N1. Lamanya tundaan waktu dapat dinyatakan sebagai :
tD
≅
0,7.VR3.C2 detik
Dengan
mengatur nilai VR3
maka tundaan waktu
ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3.4. Rangkaian Penggerak Rele Keluaran
Rele
tegangan yang dibahas mempunyai dua buah rele keluaran. Satu untuk menyatakan tegangan lebih
dan satu untuk
menyatakan tegangan
kurang. Masing-masing rele
ini digerakkan oleh suatu
transistor bipolar, seperti yang
diperlihatkan pada gambar-4.
Jika
keluaran A1 bernilai
tinggi pada akhir tundaan
waktu ini maka keluaran gerbang N2
akan tinggi sehingga memberikan arus basis pada transistor Q1. Besarnya arus basis ini
adalah :
akan tinggi sehingga memberikan arus basis pada transistor Q1. Besarnya arus basis ini
adalah :
dimana
VOH : Tegangan keluaran logika tinggi
N2VBE : Tegangan basis-emiter Q1
Hal
ini akan menyebabkan
Q1 menghantar sehingga
pada kolektornya akan mengalir arus sebesar :
IC
= hFE.IB
dimana hFE adalah faktor penguatan arus searah dari transistor yang digunakan. Arus kolektor ini akan menyebabkan rele RL1 bekerja.
Sebaliknya jika keluaran A2 yang bernilai tinggi pada
akhir tundaan waktu
ini maka keluaran gerbang N3
yang akan tinggi sehingga memberikan arus
basis pada transistor Q2. Hal ini akan menyebabkan Q2 menghantar sehingga rele RL2 yang akan bekerja.
Dengan demikian maka akan tersedia satu kontak
untuk tegangan lebih dan satu kontak untuk tegangan kurang. Untuk mendapatkan sinyal
yang menyatakan keduanya maka untuk rele-rele RL1 dan RL2 dapat digunakan rele dengan dua
kontak, dimana kedua
kontak tersebut
dihubungkan paralel atau
seri, tergantung pada kebutuhan.
3.5. Rangkaian Catu Daya
Opamp umumnya
membutuhkan catudaya ganda yang
berkisar antara ±6VDC hingga ±18VDC
atau catudaya tunggal yang berkisar antara +12VDC hingga +36VDC.
Gerbang CMOS
membutuhkan catudaya tunggal yang berkisar antara +3VDC hingga +15VDC. Rele arus searah
tersedia untuk tegangan-tegangan 6, 12, 24, 110, dan 220VDC. Agar dapat mencatu seluruh
komponen yang digunakan pada rangkaian maka catuan yang dipilih adalah +12VDC. Untuk itu
maka rele keluaran yang digunakan adalah rele dengan kumparan 12VDC. Tegangan catuan
sebesar +12VDC dapat diperoleh dari catudaya yang diperlihatkan pada gambar-7. Pada catudaya ini, tegangan jala-jala diturunkan oleh trafo tegangan T2 ke nilai yang sesuai. Trafo ini sekaligus berfungsi untuk mengisolasi rangkaian dari tegangan jala-jala. Selanjutnya tegangansekunder dari T2 disearahkan oleh pasangan dioda D7 dan D8 yang membentuk penyearah gelombang penuh, untuk selanjutnya ditapis oleh kapasitor C3 untuk menghilangkan kerut. Tegangan yang dihasilkan masih dipengaruhi oleh pembebanan.Oleh karena itu untuk menstabilkan tegangan ini digunakan regulator seri berupa suatu rangkaian terpadu atau IC.
membutuhkan catudaya tunggal yang berkisar antara +3VDC hingga +15VDC. Rele arus searah
tersedia untuk tegangan-tegangan 6, 12, 24, 110, dan 220VDC. Agar dapat mencatu seluruh
komponen yang digunakan pada rangkaian maka catuan yang dipilih adalah +12VDC. Untuk itu
maka rele keluaran yang digunakan adalah rele dengan kumparan 12VDC. Tegangan catuan
sebesar +12VDC dapat diperoleh dari catudaya yang diperlihatkan pada gambar-7. Pada catudaya ini, tegangan jala-jala diturunkan oleh trafo tegangan T2 ke nilai yang sesuai. Trafo ini sekaligus berfungsi untuk mengisolasi rangkaian dari tegangan jala-jala. Selanjutnya tegangansekunder dari T2 disearahkan oleh pasangan dioda D7 dan D8 yang membentuk penyearah gelombang penuh, untuk selanjutnya ditapis oleh kapasitor C3 untuk menghilangkan kerut. Tegangan yang dihasilkan masih dipengaruhi oleh pembebanan.Oleh karena itu untuk menstabilkan tegangan ini digunakan regulator seri berupa suatu rangkaian terpadu atau IC.
IC regulator ini akan mempertahankan
tegangan keluarannya sebesar +12VDC
untuk tegangan
masukan yang berkisar
dari +14VDC hingga +35VDC.
Daya yang hilang atau disipasi daya pada
regulator adalah :
PD ≅ (VIN - 12V).IL Watt
dimana PD : disipasi daya
VIN
: tegangan masukan regulator
IL : arus beban
Disipasi
daya ini akan
diubah menjadi panas. Agar regulator tidak menjadi terlalu
panas maka panas ini harus dibuang dengan menggunakan pendingin atau heatsink. Agar
daya yang hilang tidak terlalu banyak maka VIN harus dibuat serendah mungkin, namun dapat
mengantisipasi turun naiknya VIN disebabkan oleh perubahan arus beban dan turun naiknya tegangan jala-jala.
panas maka panas ini harus dibuang dengan menggunakan pendingin atau heatsink. Agar
daya yang hilang tidak terlalu banyak maka VIN harus dibuat serendah mungkin, namun dapat
mengantisipasi turun naiknya VIN disebabkan oleh perubahan arus beban dan turun naiknya tegangan jala-jala.
Keluaran dari regulator ini ditapis lebih lanjut
oleh kapasitor C6 untuk menghiangkan kerut
sehingga pada keluaran regulator akan diperoleh tegangan
searah sebesar +12VDC yang benar-benar
stabil dan bebas kerut.
Kapasitor
C4 dan C5
berfungsi untuk menjamin
agar IC regulator tidak berosilasi, sesuai
dengan yang dianjurkan
oleh pabrik pembuatnya.
4. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain ialah:
1. Rele
arus lebih dapat
dibuat dengan menggunakan
rangkaian elektronik yang sederhana.
2.Besarnya arus nominal dapat diatur dengan menggunakan CT
dengan perbandingan yang
sesuai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar